Eighty One Hatchlings of Painted Terrapin Produced
A total of eighty one hatchlings of Tuntong Laut (Painted terrapin / Batagur borneoensis) has been produced until Tuesday, April 2, 2013. The eighty one babies are the result of hatching effort conducted by satucita foundation since December 2012 in its rearing facility.
The eggs has been incubated since the findings when survey carried out in nesting beach by the foundation and personnel of Natural Resources Conservation Agency of Aceh and forestry officers of Aceh Tamiang Forestry Department in December 2013. Some of eggs are also collected from fishermen who harvest the eggs on nesting beaches.
The first egg was hatched on March 15, 2013. This egg is one of the twenty eggs from the first nest found on December 13, 2013. It was found twenty eggs in this nest. Twelve was hatched from March 15 through March 18, 2013. While the rest were failed to hatch. This failure is likely caused unfertilized and dehydrated. Two hatchlings were found dead in the eggs.
Since that time to 2 April, another eggs were hatched successfully. All hatchlings produced are in good condition recently. Overall hatchlings are still kept in the pool. Before being put into rearing ponds, each hatchling were left in the hatching boxes (boxes filled with sands) for a week to break the umbilical cord is perfect and dry. During that week, the hatchling were fed with kangkung and sprayed with water to avoid dehydration.
In the ponds, the babies are fed with a combination of kangkung, pellets and natural food found in the habitat, especially fruit Berembang (Sonneratia sp). This is to ensure that they will able to adapt when released back into their natural habitat, mangrove areas that has a zero percent of salinity.
All Tuntong Laut hatchlings are kept at rearing facility will be cared until they get strong enough – large and strength of carapace – in order to avoid natural predation in habitat, for example from lizards. It is estimated that will need six months to keep them in rearing facility. In facility, treatments and progress of each individual will be recorded and be closely monitored. (SF)
Sebanyak delapan puluh satu bayi Tuntong Laut (Painted terrapin/Batagur borneoensis) telah lahir hingga Selasa, 2 April 2013. Kedelapan puluh satu bayi tersebut adalah hasil dari upaya penetasan telur Tuntong Laut yang dilakukan oleh Yayasan Satucita sejak Desember 2012 di fasilitas sederhana yang dimilikinya.
Telur-telur yang ditetaskan berasal dari temuan pada saat kegiatan survei pantai yang dilakukan oleh tim Yayasan bersama personil Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Aceh Pos Aceh Tamiang, petugas polisi hutan dari Dinas Kehutanan Aceh Tamiang di bulan Desember 2013. Selain itu, telur juga berasal dari penduduk yang memanen telur-telur itu di pantai-pantai bertelur yang ada.
Telur pertama menetas pada tanggal 15 Maret 2013. Telur ini adalah satu dari dua puluh telur yang berasal dari temuan lubang sarang pertama tanggal 13 Desember 2013. Di lubang ini ditemukan sebanyak dua puluh telur. Dari jumlah tersebut, sebanyak 12 butir menetas dari tanggal 15 hingga 18 Maret 2013. Sementara sisanya gagal menetas. Kegagalan ini disebabkan oleh telur yang tidak dibuahi (subur) dan telur yang kemungkinan besar mengalami dehidrasi karena ditemukan bayi tukik yang mati di dalam cangkang telur.
Kemudian, sejak tanggal tersebut hingga 2 April, telur-telur menetas hingga berjumlah delapan puluh satu tukik dalam kondisi sehat hingga saat ini. Keseluruhan tukik kini dipelihara di kolam. Namun, sebelum dimasukkan ke kolam pembesaran, tiap tukik akan dibiarkan di kotak penetasan (kotak gabus yang diisi pasir) selama sekitar seminggu hingga tali pusarnya putus sempurna dan kering. Selama seminggu itu, tukik diberi makan kangkung dan disemprot oleh air agar tidak dehidrasi.
Hingga saat ini, bayi Tuntong laut tersebut diberi makan kombinasi antara kangkung, pelet dan juga akan dilengkapi dengan pakan alami di habitat terutama buah berembang (sonneratia sp). Hal ini dilakukan agar mereka dapat beradaptasi ketika dilepaskan kembali ke habitat asli di air tawar yang berada di hutan bakau yang memiliki salinitas nol persen.
Keseluruhan anakan Tuntong laut ini akan dibesarkan di fasilitas pembesaran hingga cukup kuat – besar dan kekuatan karapas – agar terhindar dari predasi alami di habitat, misalnya dari predasi biawak. Perkiraan waktu pembesaran dilakukan minimal setengah tahun. Selama di pembesaran, perawatan dan perkembangan tiap individu akan dicatat dan diamati secara teliti. (SF)