Continue to Share Knowledge of Painted Terrapin to Community

Continue to Share Knowledge of Painted Terrapin to Community

After successfully increasing the knowledge of more than 600 middle school students in the District Seruway in 2012, we continue to work to improve public knowledge about the conservation of Painted Terrapin, a species that included in the world’s most 25 endangered freshwater turtle and tortoise. During 5 days, from 1 to 5 July 2013, we participated in the exhibition to commemorate the anniversary of Aceh Tamiang District.

In a booth along with the Office of Forestry and Agriculture, a total of ten three-months old Painted Terrapin (Batagur borneoensis) hatchlings shown to the public and students who visited the booth. Approximately 800 brochures about the ecology, biology and conservation of this species were distributed to visitors. The visitors learned about life cycle of Painted Terrapin that visualized on two banner.

a volunteer distributed a brochure of Painted Terrapin conservation to visitors
a volunteer distributed a brochure of Painted Terrapin conservation to visitors

Many visitors, including the Regent , photographed the hatchlings. Many of the visitors asked about this species. Even, many of them are never heard about this species or did not realize that this endangered species lives in Aceh Tamiang. This is also an underlying reason of why we should take a part in the exhibition, remembering that in 2012, many students wanted to see the animals. However, it was not available at that time.

Before the hatchlings released back into the habitat as it should be, then a chance to show this animal to public directly is a very valuable opportunity.  It is useful to teach them how to identify the species. Before the hatchlings released, they must reach a certain size to help them to avoid natural predation.

visitors watching Painted Terrapin hatchlings in temporary ponds
visitors watching Painted Terrapin hatchlings in temporary ponds

This reinforces our determination to continue to improve the knowledge and awareness of local, national and international communities to conserve this species. This is due to the facts that the threats are not only from local factors, but also nationally and internationally through the illegal pet trade. In 90s decade, many adult of Painted Terrapin sold and exported to meet the demand of pet and food market.

Further information:
1. Daily newspaper: Serambi Indonesia
2. Campaign news in 2012 in the e-newsletter IUCN-C

In Bahasa Indonesia

TERUS BERBAGI PENGETAHUAN TENTANG TUNTUNG LAUT KEPADA MASYARAKAT

Setelah sukses meningkatkan pengetahuan lebih dari 600 siswa sekolah menengah pertama di Kecamatan Seruway pada tahun 2012, kami terus berupaya meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pelestarian spesies yang termasuk ke dalam 25 kura-kura paling terancam punah di dunia ini. Selama 5 hari, sejak 1 hingga 5 Juli 2013, kami berpartisipasi dalam pameran untuk memperingati HUT Kabupaten Aceh Tamiang.

Dalam stand bersama dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan itu, sebanyak 10 tukik Tuntung Laut (Batagur borneoensis) berumur 3 bulan kami perlihatkan kepada masyarakat dan pelajar yang mengunjungi stand. Sekitar 800 brosur tentang ekologi, biologi dan pelestarian spesies ini dibagikan kepada pengunjung yang datang. Pengunjung juga ditunjukkan siklus hidup Tuntung Laut yang tercetak di banner.

Banyak pengunjung, termasuk Bupati dan Ibu Bupati, turut memfoto tukik-tukik tersebut. Banyak pula pengunjung bertanya tentang spesies ini. Bahkan banyak pula pengunjung yang baru mendengar tentang spesies ini atau tidak menyadari bahwa spesies terancam punah ini hidup di Aceh Tamiang. Ini juga yang mendasari kami turut serta dalam pameran mengingat bahwa pada tahun 2012 lalu, banyak siswa berkeinginan untuk melihat satwa secara langsung. Namun, karena saat itu spesies ini tidak ada, maka tidak mungkin menunjukkanya.

Sebelum tukik-tukik dilepaskan kembali ke habitat sebagaimana seharusnya, maka kesempatan untuk memperlihatkan satwa ini secara langsung kepada masyarakat adalah kesempatan yang sangat berharga. Sebelum dilepaskan, tukik harus mencapai ukuran tertentu untuk menghindari predasi alami atau lebih mampu bertahan terhadap predator alami.

Hal ini semakin menguatkan tekad kami untuk terus meningkatkan pengetahuan dan kesadaran warga lokal, nasional dan internasional untuk melestarikan spesies ini. Hal ini disebabkan bahwa ancaman kepunahan spesies ini tidak hanya tangan-tangan jahil lokal, tetapi juga nasional dan internasional melalui perdagangan satwa peliharaan (pet) ilegal. Pada dekade 90-an banyak individu dewasa spesies ini dijual bahkan diekspor untuk memenuhi permintaan pasar pet dan konsumsi. Ini pula lah yang berkontribusi terhadap penurunan populasi, bahkan kepunahan di berbagai daerah, secara drastis.

Informasi lebih lanjut:

1. Berita pameran di Harian Serambi Indonesia

2. Berita kampanye tahun 2012 di e-newsletter IUCN-CEC

 

7FQA2FFSFRF3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *